Tawadhu atau Sombong ???


Hidup itu harus bercermin pada pohon padi !
kenapa ?, karena padi semakin berisi semakin menunduk ...

Mungkin kata tersebut sudah tidak asing lagi didengar di kehidupan kita masing-masing, dan tidak banyak dari kita dan lingkungan kita yang mengamalkan petuah ini. Akan tetapi, yang jadi masalahnya adalah apakah yang hal yang dilakukannya itu sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata tersebut ?.

Memang setiap otak memiliki pendapatnya masing-masing dalam beranggapan suatu masalah, akan tetapi manakah yang lebih tepat keadaannya
dan lebih menguntungkan kehadirannya bukan hanya bagi diri sendiri tapi khalayak banyak.

Mungkin kita sering menemukan seorang teman kita kepribadiaannya tidak Percaya Diri atau selalu diam dalam artian pasif, tidak pernah mengikuti kegiatan di sekolah, tidak pernah berusaha menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru kepada siswa di depan kelas, dan tidak pernah ingin ketika kita menyuruhnya untuk menunjukkan kelebihannya. Apakah ini perwujudan dari kata "Hidup bercermin pada pohon padi"
? dan apakah padi akan bangga dan senang dicerminkan atau disamakan dengan orang seperti ini ?.
Ketika di pondok tepatnya ketika jam pelajaran sedang berlangsung, guru pelajaran bahasa Indonesia menawarkan kepada siswa yang ingin menuliskan jawaban Pekerjaan Rumah-nya yang kemarin baru saja diamanahkan kepada kami semua, lalu kusenggol badan salah satu temanku yang menurutku memiliki tingkat kecerdasan yang lumayan dan lebih sedikit di atasku.
"Hei Zhu, maju sana ! ente kan pinter !" kataku.
"Ah.. nggak ah.. tawadhu (rendah hati) ajah ane mah, gak mau sombong !" Kazhu membalas.
"hem.. Tawadhu atau Tayamum ???" gurauku.
"Terserah ente ajeh dah !" Tangkisan Kazhu.
"Ya udah ane yang maju dah" (dengan modal keyakinan dan tekad bulat untuk bisa).
"Monggo weh !"
Tak lama setelah kumenjawab soal di depan kelas, guru pun berkata.
"Baik anak-anak, seminggu lagi sekolah kita akan mengirimkan perwakilan untuk turut serta sebagai peserta dalam kontes Olimpiade
Matematika se-Indonesia, bagi kalian yang mau mengikuti, silahkan mendaftar di kantor Madrasah Tsanawiyah setelah jam pelajaran selesai".

Seraya aku pun segera melontarkan penawaran yang sama seperti yang tadi, "Zhu, ikut tuh Olimpiade MTK, ente kan hebat di pelajaran Ekstrak, ane mah jujur ajah Zhu, kurang ngerti masalah begituan... hehe"
Tak lama ia pun menjawabku dengan nada malas " jyeh dibilang males ane ikut gituan, ane tuh mau ngikutin padi yang selalu tawadhu walau udah berisi, gak mau sombong.. hehe".

Begitulah singkat cerita tentang percakapan antara ane and temen ane yang berhubungan dengan kasus kita kali ini, menurut kalian, benarkah persepsi atau pemikiran temen ane Kazhu dalam menyikapi makna Tawadhu (Rendah Hati) ?. Menurut ane pribadi itu sangatlah kurang tepat atau mungkin tidak tepat. kenapa ?.
Coba kita pikirkan ! Memang benar bagus jika kita hidup dengan berpedoman pepatah bercermin pada sebatang padi, yaitu semakin berisi ia akan semakin menunduk, nah pertanyaannya, Apakah kita udah berisi dalam artian disini kita sudah merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki ? jika demikian, bukankah kita semua mengetahui seberapa luasnya ILMU yang Allah limpahkan di dunia ini dari yang Zahir dan yang Batin, apakah kita sudah mendapatkan itu semua ?.

Ketahuilah bahwa tidak mungkin ada satupun manusia yang mampu mempelajari itu semua, yaitu semua ilmu yang telah Allah limpahkan di dunia ini kecuali orang-orang yang dikehendaki-Nya. jadi pantaskah kita merasa telah memiliki semua itu, merasa sombong dengan apa yang kita miliki sekarang, merasa bangga dengan semua yang kita miliki sekarang dan membangga-banggakannya ?

Ketahuilah !!!
Sekali-kali tidak bagi kita untuk menampakkan sifat-sifat tersebut ...
Jadi mari sama-sama kita kaji ulang kembali makna sebuah ke-Tawadhu-an dan tentunya kita juga harus mengetahui perbedaan makna sombong dan percaya diri.

Menurut ane pribadi, masalah orang yang berlaga aktif di kelas, selalu menunjukkan bakat dan kelebihannya di depan umum terlebih teman-temannya bukanlah orang yang memiliki perangai sombong, akan tetapi ia mencoba untuk menjadi seseorang yang percaya diri, adapaun ocehan-ocehan orang-orang yang menyebutnya dengan sombong tidak lain dikarenakan kesyirikannya terhadap orang tersebut, dan perlu kita ketahui bahwa kita tidak bisa mengetahui secara langsung apakah prang itu berniat untuk sombong atau percaya diri, masalah niat itu adalah urusan pribadi dirinya dengan Tuhan Allah Swt.

Dan sudah menjadi suatu hal yang bijak bagi sesama manusia untuk selalu berprasangka baik dan menjauhi segala prasangka buruk kepada saudara-saudarinya semuslim sendiri. jadi ayo kita sama-sama memulai kehidupan yang tidak diwarnai dengan prasangka buruk kepada sesama, tidak dinodai dengan berpikiran jelek sedikitpun kepada sesama kita, dan mulailah mewarnainya dengan segala kebaikan dan keindahan
yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt.


Oke !!!


Reactions

Post a Comment

0 Comments